Selasa, 20 November 2012

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita dengan Masalah



Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Kuliah: Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita



fik unik


Oleh:
TIARA ROMADHINI LESTARI
NIM. 11612161






PRODI KEBIDANAN (DIV)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2012
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah                          : Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita
Semester                                 :  2.1
Kode                                                   : Bd. 306
SKS                                        : 4 SKS (T2, P2)
Jurusan                                  : D III Kebidanan
Kelas                                       : B3-03
Pengajar                                 : Tiara Romadhini Lestari
Waktu Pertemuan                 : 2 x 50 menit
Pertemuan ke-                       : 1
Hari, tanggal                          : Rabu, 14 Nopember 2012
Minggu ke-                             : 2

A.    Tujuan
1.      Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu memberikan asuhan pada neonates (24 jam setelah lahir sampai dengan 28 hari) bayi dan balita yang didasari oleh konsep, sikap, dan keterampilan. Topik-topik yang akan dibahas meliputi: lingkup asuhan, penatalaksanaan, pemantauan tumbuh kembang, imunisasi, peran dan tanggungjawab orangtua, system rujukan serta pendokumentasian hasil asuhan.
2.      Tujuan Instruksional Khusus
a.       Mahasiswa mampu mempraktikkan asuhan pada neonatus, bayi dan anak balita normal dan abnormal
b.      Mahasiswa mampu memahami definisi, penyebab, dan penatalaksanaan miliariasis
c.       Mahasiswa mampu memahami definisi, penyebab, dan penatalaksanaan diare
d.      Mahasiswa mampu memahami definisi, penyebab, dan penatalaksanaan obstipasi
e.       Mahasiswa mampu memahami definisi, penyebab, dan penatalaksanaan infeksi
f.       Mahasiswa mampu memahami definisi, penyebab, dan penatalaksanaan bayi meninggal mendadak


B.     Indikator Pembelajaran
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab, dan penatalaksanaan miliariasis
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab, dan penatalaksanaan diare
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab, dan penatalaksanaan obstipasi
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab, dan penatalaksanaan infeksi
5.      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, penyebab, dan penatalaksanaan bayi meninggal mendadak

C.    Pokok bahasan
Neonatus dan bayi baru lahir dengan masalah yang lazim terjadi.

D.    Sub Pokok Bahasan
1.      Miliariasis
2.      Diare
3.      Obstipasi
4.      Infeksi
5.      Bayi meninggal mendadak



E.    Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap/ Alokasi Waktu
Kegiatan Pengajar
Kegiatan Mahasiswa
Media dan alat
Metode
Pendahuluan (10 menit)

·    Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri
Menjawab salam

-

Ceramah

·    Menginformasikan materi yang akan disampaikan
Memperhatikan

Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran ini
Memperhatikan

-

Ceramah

·    Melakukan apersepsi mengenai neonatus dan bayi baru lahir dengan masalah yang lazim terjadi
Memperhatikan

-

Ceramah

MenjelasInti Penyajian (60 menit)

·    Menjelaskan definisi miliariasis
Memperhatikan
Laptop, LCD, Spidol, White Board
Ceramah
·    Menjelaskan penyebab miliariasis
Memperhatikan

Laptop LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan penatalaksanaan miliariasis
Memperhatikan, menulis
Laptop LCD, Spidol, White Board
Ceramah
·    Menanyakan pada mahasiswa apa ada yang ingin ditanyakan
Mengajukan pertayaan
Spidol, White Board
Tanya Jawab
·    Memberi kesempatan pada mahasiswa lainnya untuk menjawab pertanyaan
Berdiskusi
-
Tanya Jawab
·    Menjelaskan definisi diare

Memperhatikan

Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan penyebab diare
Memperhatikan
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan penatalaksanaan diare
Memperhatikan
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan definisi obstipasi
Memperhatikan
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan penyebab obstipasi
Memperhatikan
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah
·    Menjelaskan penatalaksanaan obstipasi
Memperhatikan, menulis
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah
·    Menanyakan pada mahasiswa apa ada yang ingin ditanyakan
Mengajukan pertanyaan
Spidol, White Board






Diskusi


·    Menjelaskan definisi infeksi
Memperhatikan, menulis
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan penyebab infeksi
Memperhatikan, menulis
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menjelaskan penatalaksanaan infeksi
Memperhatikan, menulis
Laptop, LCD, Spidol, White Board

Ceramah

·    Menanyakan pada mahasiswa apa ada yang ingin ditanyakan
Mengajukan pertanyaan

Spidol, White Board

Tanya jawab
Penutup (30 menit)

·    Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kembali tentang materi yang telah disampaikan.
Mengajukan pertanyaan

-

Tanya jawab

·    Memberi kesempatan pada mahasiswa lainnya untuk menjawab pertanyaan
Menjawab pertanyaan

-

Ceramah
Tanya Jawab

·    Menjawab dan menjelaskan tentang pertanyaan mahasiswa
Memperhatikan

-

Ceramah

·    Mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan untuk mengevaluasi peserta didik
Memperhatikan

-

Tanya jawab

·    Memberi kesempatan peserta didik untuk menjawab pertanyaan

Menjawab pertanyaan
Memperhatikan

-

Tanya jawab
Ceramah

·    Menyimpulkan materi yang disampaikan

Memperhatikan

-

Ceramah

·    Memberikan gambaran materi yang akan datang

Memperhatikan

-

Ceramah

·    Memberi tugas membaca tentang neonatus dengan jejas persalinan
-
-
-
·    Mengucap salam penutup

Menjawab salam penutup
-

-









 
F.    Evaluasi
Teknik                              : Tes tertulis
Bentuk instrumen             : Pertanyaan tertulis

Soal :
1.       Jelaskan secara singkat pengertian miliariasis?
2.       Sebutkan gejala dehidrasi pada bayi dengan diare!
3.       Sebutkan penatalaksanaan obstipasi pada bayi!
4.       Sebutkan tanda gejala infeksi pada bayi!

Jawaban:
1.      Adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori
pada kelenjar keringat.
2.      Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lender bibir dan mulut, serta kulit tampak kering
3.      - Bila bayi hanya mendapat ASI jangan hentikan pemberian ASI, bila obstipasi karena mendapat susu formula baru berikan susu formula lama
-   Bila bayi telah mendapat makanan tambahan berikan makanan serat tinggi dan tambahkan konsumsi air
-   Bila obstipasi berat rujuk ke dokter anak untuk mendapat obat pencahar
4.      Letargi, gelisah, gangguan nafas, malas minum, ubun-ubun cekung, berat badan turun, muntah dan diare, demam, ada nanah, kemerahan, kejang

Penilaian
Soal no. 1
Jika mahasiswa mampu menjelaskan pengertian miliariasis dengan menyebutkan 3 kata kunci yaitu (dermatosis, retensi keringat, pori pada kelenjar keringat) dengan benar mendapat nilai 100, menyebutkan 2 kata kunci mendapat nilai 80 dan menyebutkan 1 kata kunci mendapat nilai 60.


Soal no. 2
Jika mahasiswa mampu menyebutkan gejala dehidrasi dengan menyebutkan 3 kata kunci (turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lender bibir dan mulut, serta kulit tampak kering) dengan benar mendapat nilai 100, menyebutkan 2 kata kunci mendapat nilai 80 dan menyebutkan 1 kata kunci mendapat nilai 60.
Soal no. 3
Jika mahasiswa mampu menyebutkan 3 penatalaksanaan obstipasi pada bayi dengan benar mendapat nilai 100, menyebutkan 2 mendapat nilai 80 dan menyebutkan 1 mendapat nilai
Soal no. 4
Jika mahasiswa mampu menyebutkan 5 tanda gejala infeksi pada bayi mendapat nilai 100, menyebutkan 3 mendapat nilai 80 dan menyebutkan < 3 mendapat nilai 60

G.     Referensi
·         Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
·         Budi Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.








Kediri, 9 Nopember 2012
Praktikan,



Tiara Romadhini Lestari

Mengetahui,

Pembimbing I                                                    Pembimbing II



IfanaAnugraheni, S. Kep. Ns., M. Kep             Weni Tri Purnani, S.ST., S. Pd., M. Kes







LAMPIRAN MATERI

NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR
DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI

A.    Miliariasis
1.      Definisi
Adalah Biang keringat atau dermatosis karena retensi keringan di sebabkan karena tersumbatnya pori kelenjar keringat.
Ada 3 jenis milliariasis :
a.       Milliariasis Kristalina (keringat dapat keluar di stratum korneum,terdapat vesikel menyerupai titik embun yang mudah pecah krn gesekan).
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm  berisi cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
·         Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
·         Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
·         Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
·         Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan adalah: pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
b.      Milliariasis Rubra (keringat merembes dalam epidermis,tampak vesikel,papula dan eritema, biasanya gatal)
·         Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
·         Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
·         Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
·         Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan adalah: gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
c.       Miliaria profunda
·         Timbul setelah miliaria rubra
·         Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·         Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
·         Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
·         Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·         Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan adalah: hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol

2.      Etiologi Miliariasis
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab. (Vivian, 2010)
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)
3.      Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
4.      Penatalaksanaan
Mengurangi produksi keringat dan berikan bedak kocok/lotion bersifat mendinginkan,disinfektan,anti gatal.
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya penyait dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
a.       Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b.      Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
c.       Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
d.      Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
e.       Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
f.       Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi.
g.      Manfaat bedak kocok bermanfaat untuk mendinginkan, mengurangi rasa gatal, dan gesekan pada kelainan kulit yang kering. Bedak kocok merupakan campuran air dengan bedak padat yang terpisah, sehingga perlu dikocok lebih dahulu. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
h.      Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
i.        Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
j.        Menjaga kebersihan kuku dan tangan. kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk. (Vivian, 2010)

Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
1.   Pelayanan kesehatan promotif
Memberikan informasi kepada ibu mengenai:
a.       Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b.      Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
c.       Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
2.   Pelayanan kesehatan preventif
a.       Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
b.      Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
c.       Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
d.      Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
3.   Pelayanan kesehatan kuratif
a.       Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.
b.      Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter. Dokter akan memberikan obat minum serta krim atau salap bila diperlukan, untuk mengatasi keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
c.       Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)
4.   Pelayanan kesehatan rehabilitatif
a.       Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari hawa panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat dihindari.
b.      Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)


B.     Diare
1.      Definisi
Adalah BAB yang tidak normal/feces encer yang frekuensinya lebih dari biasanya(>4x pada neonatus dan >3x bayi 1 bln).
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)
2.      Penyebab
Penyebab diare:
a.       Virus
b.      bakteri seperti salmonela,shiggela,e.coli,campylobacter
c.       infeksi parasit
d.      alergi makanan/susu,
e.       efek samping obat,
f.       keracunan
g.      menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
3.      Jenis diare
a.       Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
b.       Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
c.        Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
4.      Tanda dan gejala
a.       Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti muntah dan diare
b.      Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
c.       Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
d.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
e.       Pucat anus dan sekitarnya lecet
f.       Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
g.      Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
h.      Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
i.        Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
5.      Komplikasi
a.       Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
b.      Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
c.       Penurunan berat badan dan malnutrisi
d.      Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
e.       Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
f.       Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
g.      Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam tubuh)
6.      Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
a.    Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang hilang < 50 ml/kgBB
b.    Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90% ml/kgBB
c.    Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB

7.      Penatalaksanaan
a.       Bila diare tanpa dehidrasi, tanpa demam, nafsu makan baik cukup dengan memberikan ASI; Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit; terapi rehidrasi
b.      Bila diare disertai muntah berikan oralit setiap muntah;
c.       Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
d.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
e.       Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
f.       Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses
g.      Bila diare berat tiap jam disertai dehidrasi segera rujuk.

C.    Obstipasi
1.      Definisi
Adalah tidak BAB selama 5hari/ lebih dikarenakan otot pada usus besar mengencang. Obstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang cukup banyak dijumpai pada neonatus, bayi, dan anak. Obstipasi diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya penurunan frekuensi atau berkurangnya defekasi. Pada sebagian besar kasus, biasanya bayi mengalami abdominal distension dan gagal mengeluarkan meconium dalam beberapa jam pertama kehidupan. Gagal BAB pada periode neonatal harus selalu dipertimbangkan sebagai suatu yang abnormal sampai terbukti bahwa hal tersebut merupakan kasus lain. Sekitar 94% bayi normal, secara spontan mengeluarkan meconeum dalam 24 jam setelah lahir dan 99,8 % BAB dalam 48 jam pertama.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
2.      Patofisiologi Obstipasi
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur. Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi).
3.      Tanda dan gejala Obstipasi
a.       Sering menangis
b.      Susah tidur
c.       Gelisah
d.      Perut kembung
e.       Kadang-kadang muntah
f.       Abdomen distensi dan Anoreksia
4.      Penyebab Obstipasi
a.       Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya makanan yang diberikan pada bayi muda kurang mengandung air/gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
b.      Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
c.       Sering menahan sembelit karena nyeri pada saat buang air besar.
5.      Pencegahan Obstipasi
a.       Berikan asupan ASI yang lebih banyak dan pastikan bayi tidak mengalami dehidrasi.
b.      Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat seperti buah-buahan dan sayuran.
c.       Perhatikan ekspresi wajah bayi pada saat BAB, jika mukanya merah menandakan bayi sulit mengejan sehingga feses tidak kunjung keluar. Bahkan saat keluar pun terdapat darah yang menyertai karena ada bagian tubuh yang terluka / teriritasi).

6.      Penatalaksanaan
a.       Bila bayi hanya mendapat ASI jangan hentikan pemberian ASI,bila obstipasi krn mendapat susu formula baru berikan susu formula lama;
b.      Bila bayi telah mendapat makanan tambahan berikan makanan serat tinggi dan tambahan konsumsi air;
c.       Bila obstipasi berat rujuk ke dokter anak untuk mendapat obat pencahar.
d.      Bila diduga terdapat penyakit hirschpung dapat dilakukan tes tekanan usus.

D.    Infeksi
1.      Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Merupakan penyebab kematian utama neonatus. Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
1.        Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
2.        Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.

2.      Penyebab
a.       Masa antenatal           
Melalui plasenta ibu masuk sirkulasi darah janin (rubela,herpes,hepatitis,toksoplasma,sifilis)
b.      Masa Intranatal
Kuman dari vagina/servik naik,kuman cairan amnion yang tertelan, saat melewati jalan lahir (Herpes, GO, Sifilis)
c.       Postnatal
Infeksi dari lingkungan misal:penghisap lendir,infus, botol minuman/dot
3.      Tanda Gejala
Letargi, gelisah, gangguan nafas, malas minum, ubun-ubun cekung, BB turun, muntah dan diare, demam, adanya nanah, kemerahan, kejang.
4.      Penatalaksanaan
a.       Lakukan penanganan sesuai gejala misal kejang/hipotermi/gangguan nafas;
b.      Jaga kehangatan bayi;
c.       Jaga kadar gula darah agar tdk turun dengan tetap memberikan ASI;
d.      Rujuk.
5.       Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di bawah ini.
Prinsip Umum Pencegahan Infeksi:
a.       Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
b.      Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.
c.       Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
d.      Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.
e.       Gunakan teknik aseptik.
f.       Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
g.      Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
h.      Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.
E.     Bayi Meninggal Mendadak
1.      Definisi
Adalah kematian bayi secara mendadak, tidak terduga, dengan alasan tidak jelas meskipun dilakukan otopsi. Peristiwa ini menggambarkan sindrom kematian bayi mendadak/SIDS (Sudden Infant Death Syndrom.
Sindrom kematian bayi mendadak (SKBM) didefinisikan sebagai kematian mendadak pada bayi atau pada anak kecil yang tidak terkirakan anamnemis dan tidak terjelaskan dengan pemeriksaan postmoterm menyeluruh, yang meliputi otopsi, penyelidikan terjadinya kematian, dan tinjauan riwayat medis keseluruhan.
SKBM merupakan penyebab utama kematian bayi pascaneonatus di negara maju, umumnya mencapai 40–50% dari kematian bayi antara umur 1 bulan – 1 tahun, di Amerika Serikat angka SKBM adalah 1,3 /1000 kelahiran hidup paling tidak 6000 kematian terjadi setiap tahun. SKBM jarang sebelum umur 1 bulan, insiden puncak adalah 2-4 bulan dan 95% dari semua kasus SKBM terjadi pada umur 6 bulan.
2.      Penyebab SKBM
Berbagai faktor genetik, lingkungan atau sosial telah dikaitkan dengan peningkatan resiko SKBM termasuk kelahiran prematur, terutama dengan riwayat apnea, BBLR, cuaca dingin, ibu muda yang tidak menikah, kondisi sosial ekonomi yang buruk termasuk populasi yang padat, riwayat ibu perokok, anemia, penggunaan narkotika, cacat batang otak, fungsi saluran nafas yang abnormal dan hiperaktif, riwayat SKBM pada saudara sekandung, riwayat ”hampir hilang”, atau episode SKBM yang abortif (misalnya; masa dimana bayi berhenti bernapas, menjadi sianosis atau pucat, serta menjadi tidak responsif, tapi berhasil diresusitasi).
Tanda dan gejala:
a) Bayi mempunyai suara tangisan yang bernada lebih tinggi atau lebih rendah dari normal.
b) Mengalami takikardi dengan variasi denyut yang lebih dari normal.
c) Meningkatnya frekuensi pernafasan serta penurunan insiden apnea.
d) Labilitas yang lebih tinggi dari normal dan stabilitas denyut jantung yang lebih buruk.
3.      Patofisiologi SKBM
Temuan postmortem adalah terkait langsung dengan kelainan perkembangan batang otak dan asfiksia kronis. Perubahan asfiksi adalah akibat kelainan yang mendasar yang menyebabkan gangguan perkembangan batang otak atau akibat disfungsi batang otak. Berdasarkan data postmortem dan kelainan fungsi yang ada pada bayi dengan risiko tinggi untuk SKBM, hipotesis yang paling kuat untuk menjelaskan SKBM adalah kelainan batang otak dalam mengendalikan kardiorespirasi.
Peningkatan risiko SKBM yang terkait dengan banyak faktor obstetri menunjukkan bahwa lingkungan dalam rahim calon korban SKBM adalah suboptimal. Ibu merokok selama kehamilan meningkatkan dua kali risiko SKBM, bayi dari ibu perokok juga tampak meninggal pada umur yang lebih muda. Risiko kematian membesar secara progresif sejalan dengan peningkatan pajanan rokok sehari-hari dan sejalan dengan menjeleknya anemia ibu. Iskemia janin yang disebabkan oleh vasokontriksi diduga merupakan mekanisme dimana merokok pada ibu merupakan predisposisi terjadinya SKBM.
Posisi tidur tengkurap pada bayi adalah faktor risiko bermakana untuk SKBM. Frkuensi SKBM tiga kali lebih besar bila posisi tidur yang terutama adalah tengkurap (di atas perut) daripada bila terlentang (di atas punggung). Program intervensi berdasarkan populasi untuk mengurangi tidur tengkurap telah menghasilkan penurunan yang besar prevalensi tidur tengkurap dan penurunan yang besar angka SKBM sebesar 50 % atau lebih.
4.      Pencegahan SKBM
Untuk mencegah kemungkinan bayi terkena resiko SKBM maka dilakukan pencegahan sebagai berikut:
1. Orang tua berhenti merokok
2. Tidak menempatkan bayi tidur dengan posisi telungkup atau wajah menghadap kasur
3. Memberikan ASI yang cukup pada bayi agar bayi memiliki sistem imun yang kuat
4. Menidurkan bayi pada permukaan yang agak keras
5. Menghindarkan bayi dari suhu yang terlalu panas saat tidur
5.      Peran Orangtua
a.       Harap waspada jika anak sedang berada dalam ayunan atau tempat tidur dengan bantal, mainan lunak, dan besar, yang bisa menyebabkan muka bayi tertutup dan mempengaruhi dia bernapas. Jauhkan bayi anda dengan kondisi kepala terbuka. Pastikan suhu ruangan (sekitar 65 derajat Fahrenheit), terutama jika anda membedung bayi.
b.      Orang tua jangan memakaikan baju berlebihan, pakailah pakaian seperlunya saat bayi tidur.
c.       Orang tua sangat diharapkan tidak merokok di sekitar bayinya dan menjauhkan bayi dari orang-orang yang merokok.
6.      Penatalaksanaan
Dengan kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya orang tua yang mendapat informasi mengenai SKBM, maka tekanan untuk memantau ventilasi dan denyut jantung semakin meningkat. Terdapat kebutuhan untuk menentukan rentan normal dari denyut jantung, variasi kecepatan denyut jantung, frekuensi dan lama jeda pernapasan, sehingga bayi-bayi yang mungkin mendapat manfaat dengan pemantauan dapat diidentifikasi. Pemantauan denyut jantung (EKG) saat ini lebih maju secara teknis dibandingkan pemantauan ventilasi (pemantauan apnea). Pemantauan apnea tergantung pada gangguan mungkin tidak dapat mendeteksi obstruksi saluran nafas lengkap karena bayi tetap melanjutkan gerakan-gerakan pernapasan. Karena apnea yang serius dapat terabaikan jika hanya melakukan pemantauan gerakan torakoabdominal saja, maka harus disertakan pula pemantauan denyut jantung.
Pada saat ini, sulit untuk memutuskan apakah pemantauan di rumah diperlukan atau diinginkan, atau berapa lama harus dilakukan. Kesanggupan anggota keluarga untuk menangani alat pantau serta melakukan tindakan-tindakan yang tepat terhadap alarm serta alarm palsu merupakan faktor yang kritis dalam mengambil keputusan. Untuk saat ini, kami yakin bahwa program pemantauan di rumah seharusnya tidak terlepas dari riset yang mengevaluasi program tersebut beserta pengaruhnya.
Bahkan seandainya mungkin untuk pencegahan SKBM khususnya pada semua bayi beresiko tinggi, beberapa kasus akan terjadi pada bayi yang tidak dianggap beresiko. Dengan alasan ini dan karena menurut definisi kematian datang dengan cepat dan tanpa peringatan maka perlu diberikan dukungan psikologi dan emosi.
Dalam hal ini, bidan dapat memberikan KIE berupa:
a.       Beritahu ibu cara menyusui yang benar dan aman karena dikhawatirkan ibu menyusui sambil berbaring yang dapat memungkinkan bayi mengalami sesak napas karena tertutup hidungnya.
b.      Beritahu ibu untuk tidak membiarkan bayinya tidur dalam keadaan tengkurap, jika bayi tertidur seperti itu maka ibu seharusnya merubah posisi tidurnya.
c.       Beritahu orang tua untuk berada jauh dari bayi saat merokok.


LEMBAR KONSULTASI
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah              : Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita
Pengajar                     : Tiara Romadhini Lestari
Pembimbing I            : IfanaAnugraheni, S. Kep. Ns., M. kep
 





No.
Hari/ Tanggal
Materi Konsultasi
Tanda Tangan Mahasiswa
Tanda Tangan Dosen Pembimbing






































LEMBAR KONSULTASI
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah              : Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita
Pengajar                     : Tiara Romadhini Lestari
Pembimbing II           : Weni Tri Purnani, S.ST., S. Pd., M. Kes





No.
Hari/ Tanggal
Materi Konsultasi
Tanda Tangan Mahasiswa
Tanda Tangan Dosen Pembimbing










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar