Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Kuliah: Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak
Balita
Oleh:
TIARA
ROMADHINI LESTARI
NIM. 11612161
PRODI
KEBIDANAN (DIV)
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
KADIRI
TAHUN
2012
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Kuliah : Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita
Semester :
2.1
Kode : Bd. 306
SKS : 4 SKS (T2, P2)
Jurusan : D III Kebidanan
Kelas : B3-03
Pengajar :
Tiara Romadhini Lestari
Waktu Pertemuan : 2 x 50 menit
Pertemuan ke- : 1
Hari, tanggal :
Rabu, 14 Nopember 2012
Minggu ke- :
2
A. Tujuan
1.
Tujuan
Instruksional Umum
Setelah
mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu memberikan asuhan pada neonates (24
jam setelah lahir sampai dengan 28 hari) bayi dan balita yang didasari oleh
konsep, sikap, dan keterampilan. Topik-topik yang akan dibahas meliputi:
lingkup asuhan, penatalaksanaan, pemantauan tumbuh kembang, imunisasi, peran
dan tanggungjawab orangtua, system rujukan serta pendokumentasian hasil asuhan.
2.
Tujuan
Instruksional Khusus
a. Mahasiswa mampu mempraktikkan asuhan
pada neonatus, bayi dan anak balita normal dan abnormal
b. Mahasiswa mampu
memahami definisi, penyebab, dan
penatalaksanaan miliariasis
c. Mahasiswa mampu
memahami definisi, penyebab, dan
penatalaksanaan diare
d. Mahasiswa mampu
memahami definisi, penyebab, dan
penatalaksanaan obstipasi
e. Mahasiswa mampu
memahami definisi, penyebab, dan
penatalaksanaan infeksi
f. Mahasiswa mampu
memahami definisi, penyebab, dan
penatalaksanaan bayi meninggal mendadak
B. Indikator Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi,
penyebab, dan penatalaksanaan miliariasis
2. Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi,
penyebab, dan penatalaksanaan diare
3. Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi,
penyebab, dan penatalaksanaan obstipasi
4. Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi,
penyebab, dan penatalaksanaan infeksi
5. Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi,
penyebab, dan penatalaksanaan bayi meninggal mendadak
C. Pokok bahasan
Neonatus dan bayi baru lahir dengan masalah yang
lazim terjadi.
D. Sub Pokok Bahasan
1. Miliariasis
2. Diare
3. Obstipasi
4. Infeksi
5. Bayi meninggal mendadak
E. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap/
Alokasi Waktu
|
Kegiatan Pengajar
|
Kegiatan Mahasiswa
|
Media dan alat
|
Metode
|
Pendahuluan (10 menit)
|
·
Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri
|
Menjawab
salam
|
-
|
Ceramah
|
·
Menginformasikan
materi yang akan disampaikan
|
Memperhatikan
|
Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menjelaskan
tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran ini
|
Memperhatikan
|
-
|
Ceramah
|
|
·
Melakukan
apersepsi mengenai neonatus dan
bayi baru lahir dengan masalah yang lazim terjadi
|
Memperhatikan
|
-
|
Ceramah
|
|
MenjelasInti Penyajian (60 menit)
|
·
Menjelaskan
definisi miliariasis
|
Memperhatikan
|
Laptop, LCD,
Spidol, White Board
|
Ceramah
|
·
Menjelaskan
penyebab miliariasis
|
Memperhatikan
|
Laptop LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
· Menjelaskan
penatalaksanaan miliariasis
|
Memperhatikan, menulis
|
Laptop LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menanyakan pada mahasiswa apa ada
yang ingin ditanyakan
|
Mengajukan pertayaan
|
Spidol, White Board
|
Tanya Jawab
|
|
·
Memberi kesempatan pada mahasiswa lainnya untuk menjawab
pertanyaan
|
Berdiskusi
|
-
|
Tanya Jawab
|
|
·
Menjelaskan definisi diare
|
Memperhatikan
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
· Menjelaskan
penyebab diare
|
Memperhatikan
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menjelaskan penatalaksanaan diare
|
Memperhatikan
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menjelaskan definisi obstipasi
|
Memperhatikan
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
· Menjelaskan
penyebab obstipasi
|
Memperhatikan
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menjelaskan penatalaksanaan
obstipasi
|
Memperhatikan, menulis
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menanyakan pada mahasiswa apa ada
yang ingin ditanyakan
|
Mengajukan pertanyaan
|
Spidol, White Board
|
Diskusi
|
|
|
·
Menjelaskan definisi infeksi
|
Memperhatikan, menulis
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menjelaskan penyebab infeksi
|
Memperhatikan, menulis
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menjelaskan penatalaksanaan
infeksi
|
Memperhatikan, menulis
|
Laptop, LCD, Spidol, White Board
|
Ceramah
|
|
·
Menanyakan pada mahasiswa apa ada
yang ingin ditanyakan
|
Mengajukan
pertanyaan
|
Spidol, White Board
|
Tanya jawab
|
Penutup
(30 menit)
|
·
Memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kembali tentang materi yang telah
disampaikan.
|
Mengajukan
pertanyaan
|
-
|
Tanya jawab
|
·
Memberi kesempatan pada mahasiswa lainnya untuk menjawab
pertanyaan
|
Menjawab
pertanyaan
|
-
|
Ceramah
Tanya
Jawab
|
|
·
Menjawab dan menjelaskan tentang pertanyaan mahasiswa
|
Memperhatikan
|
-
|
Ceramah
|
|
·
Mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi yang
telah disampaikan untuk mengevaluasi peserta didik
|
Memperhatikan
|
-
|
Tanya jawab
|
|
·
Memberi kesempatan peserta didik untuk menjawab
pertanyaan
|
Menjawab
pertanyaan
Memperhatikan
|
-
|
Tanya jawab
Ceramah
|
|
·
Menyimpulkan materi yang disampaikan
|
Memperhatikan
|
-
|
Ceramah
|
|
·
Memberikan gambaran materi yang akan datang
|
Memperhatikan
|
-
|
Ceramah
|
|
·
Memberi tugas membaca tentang
neonatus dengan jejas persalinan
|
-
|
-
|
-
|
|
·
Mengucap salam penutup
|
Menjawab
salam penutup
|
-
|
-
|
F. Evaluasi
Teknik
: Tes tertulis
Soal :
1. Jelaskan secara
singkat pengertian miliariasis?
2. Sebutkan gejala dehidrasi pada bayi
dengan diare!
3. Sebutkan penatalaksanaan obstipasi
pada bayi!
4. Sebutkan tanda gejala infeksi pada bayi!
Jawaban:
1.
Adalah
dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori
pada kelenjar keringat.
2.
Berat
badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput
lender bibir dan mulut, serta kulit tampak kering
3.
- Bila bayi hanya mendapat ASI
jangan hentikan pemberian ASI, bila obstipasi karena mendapat susu formula baru
berikan susu formula lama
-
Bila bayi telah mendapat makanan
tambahan berikan makanan serat tinggi dan tambahkan konsumsi air
-
Bila obstipasi berat rujuk ke dokter
anak untuk mendapat obat pencahar
4.
Letargi, gelisah, gangguan nafas,
malas minum, ubun-ubun cekung, berat badan turun, muntah dan diare, demam, ada
nanah, kemerahan, kejang
Penilaian
Soal
no. 1
Jika
mahasiswa mampu menjelaskan pengertian miliariasis dengan menyebutkan 3 kata
kunci yaitu (dermatosis, retensi keringat, pori pada kelenjar keringat) dengan
benar mendapat nilai 100, menyebutkan 2 kata kunci mendapat nilai 80 dan
menyebutkan 1 kata kunci mendapat nilai 60.
Soal
no. 2
Jika
mahasiswa mampu menyebutkan gejala dehidrasi dengan menyebutkan 3 kata kunci
(turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lender bibir
dan mulut, serta kulit tampak kering) dengan benar mendapat nilai 100,
menyebutkan 2 kata kunci mendapat nilai 80 dan menyebutkan 1 kata kunci
mendapat nilai 60.
Soal
no. 3
Jika
mahasiswa mampu menyebutkan 3 penatalaksanaan obstipasi pada bayi dengan benar
mendapat nilai 100, menyebutkan 2 mendapat nilai 80 dan menyebutkan 1 mendapat
nilai
Soal
no. 4
Jika
mahasiswa mampu menyebutkan 5 tanda gejala infeksi pada bayi mendapat nilai
100, menyebutkan 3 mendapat nilai 80 dan menyebutkan < 3 mendapat nilai 60
G. Referensi
·
Markum.AH.
1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
·
Budi
Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter,
Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.
·
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/masalah-masalah-yang-lazim-terjadi-pada-bayi-dan-anak/
Kediri, 9 Nopember 2012
Praktikan,
Tiara Romadhini Lestari
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing
II
IfanaAnugraheni, S. Kep. Ns., M. Kep Weni Tri Purnani, S.ST., S. Pd., M.
Kes
LAMPIRAN MATERI
NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR
DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI
A.
Miliariasis
1.
Definisi
Adalah Biang keringat atau dermatosis karena retensi
keringan di sebabkan karena tersumbatnya pori kelenjar keringat.
Ada
3 jenis milliariasis :
a. Milliariasis
Kristalina (keringat dapat keluar di stratum korneum,terdapat vesikel
menyerupai titik embun yang mudah pecah krn gesekan).
Pada penyakit ini terlihat vesikel
berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan,
terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas.
Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau inflamasi pada
bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan
sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas
yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap
keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
·
Kelainan
kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit
kemerahan
·
Vesikel
bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
·
Umumnya
tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
·
Pada
keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
Asuhan
yang dapat diberikan oleh bidan adalah: pengobatan tidak diperlukan,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan
pakaian yang menyerap keringat.
b. Milliariasis
Rubra (keringat merembes dalam epidermis,tampak vesikel,papula dan eritema,
biasanya gatal)
·
Sering
dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
·
Kelainan
berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan
rasa sangat gatal dan pedih
·
Staphylococcus
juga diduga memiliki peranan
·
Pada
gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga
menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
Asuhan
yang dapat diberikan oleh bidan adalah: gunakan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat
diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
c. Miliaria
profunda
·
Timbul
setelah miliaria rubra
·
Papula
putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·
Terdapat
terutama di badan ataupun ekstremitas
·
Karena
letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa
papula daripada vesikel
·
Tidak
gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·
Pada
keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis
bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
Asuhan
yang dapat diberikan oleh bidan adalah: hindari panas dan lembab berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian
losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alkohol
2.
Etiologi
Miliariasis
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan
lembab. (Vivian, 2010)
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang
tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang
menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang
menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada
kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)
3.
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan
tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat
tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan
edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh
stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis
terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan
akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini
menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian,
2010)
4.
Penatalaksanaan
Mengurangi produksi keringat dan berikan bedak
kocok/lotion bersifat mendinginkan,disinfektan,anti gatal.
Asuhan
yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada
beratnya penyait dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah
sebagai berikut:
a. Perawatan kulit yang benar dan
selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b. Prinsip asuhan adalah mengurangi
penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
c. Upayakan untuk menciptakan
lingkungan dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering,
misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
d. Gunakan pakaian yang menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit.
e. Segera ganti pakaian yang basah dan
kotor.
f. Biang keringat yang tidak kemerahan
dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi.
g. Manfaat bedak kocok bermanfaat untuk
mendinginkan, mengurangi rasa gatal, dan gesekan pada kelainan kulit yang
kering. Bedak kocok merupakan campuran air dengan bedak padat yang terpisah,
sehingga perlu dikocok lebih dahulu. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama,
2000)
h. Bila membasah, jangan berikan bedak,
karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
i.
Bila
sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
j.
Menjaga
kebersihan kuku dan tangan. kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk. (Vivian, 2010)
Berikut
ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek
pelayanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif.
Diantaranya yaitu:
1. Pelayanan kesehatan promotif
Memberikan informasi kepada ibu
mengenai:
a. Perawatan kulit yang benar dan
selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b. Kebersihan kuku dan tangan anak.
Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
c. Keringat yang harus segera
dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor.
(Vivian, 2010)
2. Pelayanan kesehatan preventif
a. Menggunakan pakaian yang tipis dan
longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
b. Melakukan perawatan kulit yang benar
dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
c. Menjaga kebersihan kuku dan tangan
anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
d. Keringat harus segera dikeringkan
dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010)
3. Pelayanan kesehatan kuratif
a. Topikal bisa diberikan bedak atau
bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat ditambah dengan mentol
0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik bisa
menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.
b. Kasus ringan bisa berespon dengan
bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul
akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter. Dokter akan
memberikan obat minum serta krim atau salap bila diperlukan, untuk mengatasi
keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat
menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra
Utama, 2000)
c. Biang keringat yang tidak kemerahan
dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah mandi.
Dan bila membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang terbentuk
memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
a.
Sedapat
mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari
hawa panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama
berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat
dihindari.
b.
Biang
keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke
lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik.
(Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
B.
Diare
1.
Definisi
Adalah BAB yang
tidak normal/feces encer yang frekuensinya lebih dari biasanya(>4x pada
neonatus dan >3x bayi 1 bln).
Diare adalah
buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan
tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)
2.
Penyebab
Penyebab diare:
a. Virus
b. bakteri
seperti salmonela,shiggela,e.coli,campylobacter
c. infeksi
parasit
d. alergi
makanan/susu,
e. efek
samping obat,
f. keracunan
g. menurunnya
daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
3.
Jenis
diare
a.
Diare
akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
b.
Disentri,
terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada
saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
c.
Diare
persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun
disentri
4.
Tanda
dan gejala
a. Gejala sering dimulai dengan anak
yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti muntah dan diare
b. Feses mula-mula berwarna kuning dan
encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya
bertambah sering
c. Cengeng, gelisah, lemah, mual,
muntah, anoreksia
d. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,
turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung,
membran mukosa kering.
e. Pucat anus dan sekitarnya lecet
f. Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
g. Pada malabsorbsi lemak biasanya
feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
h. Pada intoleransi disakarida feses
berbau asam, eksplosif dan berbusa
i.
Pada
alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
5.
Komplikasi
a. Kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
b. Syok hipovolemik yang dapat memicu
kematian
c. Penurunan berat badan dan malnutrisi
d. Hipokalemi (rendahnya kadar kalium
dalam darah)
e. Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium
dalam darah)
f. Hipotermia (keadaan suhu badan yang
ekstrim rendah)
g. Asidosis (keadaan patologik akibat
penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam tubuh)
6.
Tahapan
dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
a. Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5%
dengan volume cairan yang hilang < 50 ml/kgBB
b. Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9%
dengan volume cairan yang hilang 50-90% ml/kgBB
c. Dehidrasi berat, BB menurun lebih
dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
7.
Penatalaksanaan
a.
Bila diare tanpa dehidrasi, tanpa demam,
nafsu makan baik cukup dengan memberikan ASI; Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit; terapi
rehidrasi
b. Bila
diare disertai muntah berikan oralit setiap muntah;
c.
Kolaborasi
untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
d.
Mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
e.
Memantau
biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
f.
Tidak
dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses
g. Bila
diare berat tiap jam disertai dehidrasi segera rujuk.
C.
Obstipasi
1.
Definisi
Adalah tidak BAB selama 5hari/ lebih dikarenakan
otot pada usus besar mengencang. Obstipasi
merupakan salah satu gangguan pencernaan yang cukup banyak dijumpai pada
neonatus, bayi, dan anak. Obstipasi diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya penurunan frekuensi atau berkurangnya defekasi. Pada sebagian besar
kasus, biasanya bayi mengalami abdominal distension dan gagal mengeluarkan
meconium dalam beberapa jam pertama kehidupan. Gagal BAB pada periode neonatal
harus selalu dipertimbangkan sebagai suatu yang abnormal sampai terbukti bahwa
hal tersebut merupakan kasus lain. Sekitar 94% bayi normal, secara spontan
mengeluarkan meconeum dalam 24 jam setelah lahir dan 99,8 % BAB dalam 48 jam
pertama.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang
normal. Biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang
dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam
sekali asal konsistensi tinja normal.
2.
Patofisiologi Obstipasi
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum,
kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak
diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini
dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada
keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur.
Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah
rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang
mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini
diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak
anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami
gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum,
sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus
dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan
psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu
disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ,
misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian
saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi).
3.
Tanda dan gejala Obstipasi
a. Sering menangis
b. Susah tidur
c. Gelisah
d. Perut kembung
e. Kadang-kadang
muntah
f. Abdomen
distensi dan Anoreksia
4.
Penyebab Obstipasi
a. Penyaluran
makanan yang kurang baik, misalnya makanan yang diberikan pada bayi muda kurang
mengandung air/gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan
yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
b. Kemungkinan
adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus
tidak melakukan gerakan peristaltik.
c. Sering menahan
sembelit karena nyeri pada saat buang air besar.
5.
Pencegahan Obstipasi
a. Berikan asupan
ASI yang lebih banyak dan pastikan bayi tidak mengalami dehidrasi.
b. Usahakan diet
pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat seperti
buah-buahan dan sayuran.
c. Perhatikan
ekspresi wajah bayi pada saat BAB, jika mukanya merah menandakan bayi sulit
mengejan sehingga feses tidak kunjung keluar. Bahkan saat keluar pun terdapat
darah yang menyertai karena ada bagian tubuh yang terluka / teriritasi).
6.
Penatalaksanaan
a. Bila
bayi hanya mendapat ASI jangan hentikan pemberian ASI,bila obstipasi krn
mendapat susu formula baru berikan susu formula lama;
b. Bila
bayi telah mendapat makanan tambahan berikan makanan serat tinggi dan tambahan
konsumsi air;
c. Bila
obstipasi berat rujuk ke dokter anak untuk mendapat obat pencahar.
d. Bila diduga
terdapat penyakit hirschpung dapat dilakukan tes tekanan usus.
D.
Infeksi
1. Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Merupakan penyebab kematian utama neonatus. Infeksi pada neonatus dapat dibagi
menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi
ringan.
1.
Infeksi berat ( major in fections )
: sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, plelonefritis,
osteitis akut, tetanus neonaturum.
2.
Infeksi ringan ( minor infection ) :
infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ),
moniliasis.
2.
Penyebab
a. Masa
antenatal
Melalui plasenta
ibu masuk sirkulasi darah janin (rubela,herpes,hepatitis,toksoplasma,sifilis)
b. Masa
Intranatal
Kuman dari vagina/servik naik,kuman
cairan amnion yang tertelan, saat melewati jalan lahir (Herpes, GO, Sifilis)
c. Postnatal
Infeksi dari lingkungan
misal:penghisap lendir,infus, botol minuman/dot
3.
Tanda
Gejala
Letargi, gelisah, gangguan nafas, malas
minum, ubun-ubun cekung, BB turun, muntah dan diare, demam, adanya nanah, kemerahan,
kejang.
4.
Penatalaksanaan
a. Lakukan
penanganan sesuai gejala misal kejang/hipotermi/gangguan nafas;
b. Jaga
kehangatan bayi;
c. Jaga
kadar gula darah agar tdk turun dengan tetap memberikan ASI;
d. Rujuk.
5.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan
infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir.
Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur,
oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama
sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di bawah
ini.
Prinsip Umum Pencegahan Infeksi:
a. Berikan
perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
b. Pertimbangkan
setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.
c. Cuci tangan
atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
d. Pakai – pakaian
pelindung dan sarung tangan.
e. Gunakan teknik
aseptik.
f. Pegang
instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau
desinfeksi instrumen dan peralatan.
g. Bersihkan unit
perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
h. Pisahkan bayi
yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.
E.
Bayi
Meninggal Mendadak
1.
Definisi
Adalah kematian
bayi secara mendadak, tidak terduga, dengan alasan tidak jelas meskipun
dilakukan otopsi. Peristiwa ini menggambarkan sindrom kematian bayi
mendadak/SIDS (Sudden Infant Death
Syndrom.
Sindrom kematian bayi mendadak (SKBM) didefinisikan
sebagai kematian mendadak pada bayi atau pada anak kecil yang tidak terkirakan
anamnemis dan tidak terjelaskan dengan pemeriksaan postmoterm menyeluruh, yang
meliputi otopsi, penyelidikan terjadinya kematian, dan tinjauan riwayat medis
keseluruhan.
SKBM merupakan penyebab utama kematian bayi pascaneonatus
di negara maju, umumnya mencapai 40–50% dari kematian bayi antara umur 1 bulan
– 1 tahun, di Amerika Serikat angka SKBM adalah 1,3 /1000 kelahiran hidup
paling tidak 6000 kematian terjadi setiap tahun. SKBM jarang sebelum umur 1
bulan, insiden puncak adalah 2-4 bulan dan 95% dari semua kasus SKBM terjadi
pada umur 6 bulan.
2.
Penyebab SKBM
Berbagai faktor
genetik, lingkungan atau sosial telah dikaitkan dengan peningkatan resiko SKBM
termasuk kelahiran prematur, terutama dengan riwayat apnea, BBLR, cuaca dingin,
ibu muda yang tidak menikah, kondisi sosial ekonomi yang buruk termasuk
populasi yang padat, riwayat ibu perokok, anemia, penggunaan narkotika, cacat
batang otak, fungsi saluran nafas yang abnormal dan hiperaktif, riwayat SKBM
pada saudara sekandung, riwayat ”hampir hilang”, atau episode SKBM yang abortif
(misalnya; masa dimana bayi berhenti bernapas, menjadi sianosis atau pucat,
serta menjadi tidak responsif, tapi berhasil diresusitasi).
Tanda dan gejala:
a) Bayi mempunyai suara tangisan yang bernada lebih
tinggi atau lebih rendah dari normal.
b) Mengalami takikardi dengan variasi denyut yang lebih
dari normal.
c) Meningkatnya frekuensi pernafasan serta penurunan
insiden apnea.
d) Labilitas yang lebih tinggi dari normal dan stabilitas
denyut jantung yang lebih buruk.
3.
Patofisiologi SKBM
Temuan
postmortem adalah terkait langsung dengan kelainan perkembangan batang otak dan
asfiksia kronis. Perubahan asfiksi adalah akibat kelainan yang mendasar yang
menyebabkan gangguan perkembangan batang otak atau akibat disfungsi batang
otak. Berdasarkan data postmortem dan kelainan fungsi yang ada pada bayi dengan
risiko tinggi untuk SKBM, hipotesis yang paling kuat untuk menjelaskan SKBM
adalah kelainan batang otak dalam mengendalikan kardiorespirasi.
Peningkatan risiko SKBM yang terkait dengan banyak faktor
obstetri menunjukkan bahwa lingkungan dalam rahim calon korban SKBM adalah
suboptimal. Ibu merokok selama kehamilan meningkatkan dua kali risiko SKBM,
bayi dari ibu perokok juga tampak meninggal pada umur yang lebih muda. Risiko
kematian membesar secara progresif sejalan dengan peningkatan pajanan rokok
sehari-hari dan sejalan dengan menjeleknya anemia ibu. Iskemia janin yang
disebabkan oleh vasokontriksi diduga merupakan mekanisme dimana merokok pada
ibu merupakan predisposisi terjadinya SKBM.
Posisi tidur tengkurap pada bayi adalah faktor risiko
bermakana untuk SKBM. Frkuensi SKBM tiga kali lebih besar bila posisi tidur
yang terutama adalah tengkurap (di atas perut) daripada bila terlentang (di
atas punggung). Program intervensi berdasarkan populasi untuk mengurangi tidur
tengkurap telah menghasilkan penurunan yang besar prevalensi tidur tengkurap
dan penurunan yang besar angka SKBM sebesar 50 % atau lebih.
4. Pencegahan SKBM
Untuk mencegah
kemungkinan bayi terkena resiko SKBM maka dilakukan pencegahan sebagai berikut:
1. Orang tua
berhenti merokok
2. Tidak
menempatkan bayi tidur dengan posisi telungkup atau wajah menghadap kasur
3. Memberikan
ASI yang cukup pada bayi agar bayi memiliki sistem imun yang kuat
4. Menidurkan bayi
pada permukaan yang agak keras
5. Menghindarkan bayi dari suhu yang
terlalu panas saat tidur
5.
Peran Orangtua
a. Harap waspada
jika anak sedang berada dalam ayunan atau tempat tidur dengan bantal, mainan
lunak, dan besar, yang bisa menyebabkan muka bayi tertutup dan mempengaruhi dia
bernapas. Jauhkan bayi anda dengan kondisi kepala terbuka. Pastikan suhu
ruangan (sekitar 65 derajat Fahrenheit), terutama jika anda membedung bayi.
b. Orang tua
jangan memakaikan baju berlebihan, pakailah pakaian seperlunya saat bayi tidur.
c. Orang tua
sangat diharapkan tidak merokok di sekitar bayinya dan menjauhkan bayi dari
orang-orang yang merokok.
6.
Penatalaksanaan
Dengan kemajuan
teknologi dan bertambah banyaknya orang tua yang mendapat informasi mengenai
SKBM, maka tekanan untuk memantau ventilasi dan denyut jantung semakin
meningkat. Terdapat kebutuhan untuk menentukan rentan normal dari denyut
jantung, variasi kecepatan denyut jantung, frekuensi dan lama jeda pernapasan,
sehingga bayi-bayi yang mungkin mendapat manfaat dengan pemantauan dapat
diidentifikasi. Pemantauan denyut jantung (EKG) saat ini lebih maju secara
teknis dibandingkan pemantauan ventilasi (pemantauan apnea). Pemantauan apnea
tergantung pada gangguan mungkin tidak dapat mendeteksi obstruksi saluran nafas
lengkap karena bayi tetap melanjutkan gerakan-gerakan pernapasan. Karena apnea
yang serius dapat terabaikan jika hanya melakukan pemantauan gerakan
torakoabdominal saja, maka harus disertakan pula pemantauan denyut jantung.
Pada saat ini,
sulit untuk memutuskan apakah pemantauan di rumah diperlukan atau diinginkan,
atau berapa lama harus dilakukan. Kesanggupan anggota keluarga untuk menangani
alat pantau serta melakukan tindakan-tindakan yang tepat terhadap alarm serta
alarm palsu merupakan faktor yang kritis dalam mengambil keputusan. Untuk saat
ini, kami yakin bahwa program pemantauan di rumah seharusnya tidak terlepas
dari riset yang mengevaluasi program tersebut beserta pengaruhnya.
Bahkan
seandainya mungkin untuk pencegahan SKBM khususnya pada semua bayi beresiko
tinggi, beberapa kasus akan terjadi pada bayi yang tidak dianggap beresiko.
Dengan alasan ini dan karena menurut definisi kematian datang dengan cepat dan
tanpa peringatan maka perlu diberikan dukungan psikologi dan emosi.
Dalam hal ini, bidan dapat memberikan KIE berupa:
a. Beritahu ibu
cara menyusui yang benar dan aman karena dikhawatirkan ibu menyusui sambil
berbaring yang dapat memungkinkan bayi mengalami sesak napas karena tertutup
hidungnya.
b. Beritahu ibu
untuk tidak membiarkan bayinya tidur dalam keadaan tengkurap, jika bayi
tertidur seperti itu maka ibu seharusnya merubah posisi tidurnya.
c. Beritahu orang
tua untuk berada jauh dari bayi saat merokok.
LEMBAR
KONSULTASI
RANCANGAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Kuliah : Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita
Pengajar :
Tiara Romadhini Lestari
Pembimbing I :
IfanaAnugraheni, S.
Kep. Ns., M. kep
No.
|
Hari/ Tanggal
|
Materi Konsultasi
|
Tanda Tangan Mahasiswa
|
Tanda Tangan Dosen Pembimbing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LEMBAR
KONSULTASI
RANCANGAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Kuliah : Asuhan Neonatal, Bayi, dan Anak Balita
Pengajar :
Tiara Romadhini Lestari
Pembimbing II : Weni Tri Purnani, S.ST., S. Pd., M.
Kes
No.
|
Hari/ Tanggal
|
Materi Konsultasi
|
Tanda Tangan Mahasiswa
|
Tanda Tangan Dosen Pembimbing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar